BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Banjir
merupakan masalah umum yang sering dihadapi masyarakat khususnya di dataran
rendah dan tepian sungai, hal ini dikarenakan sumber banjir biasanya datang
dari aliran sungai.
Kalimantan
dikenal sebagai tempat /wilayah yang masih memiliki banyak hutan untuk menyerap
air, sehingga pada waktu dulu jarang ataupun tidak pernah terjadi banjir. Namun
dengan perkembangan jaman yang semakin maju, hutan – hutan sudah banyak
ditebang dan pohon – pohon dibabat untuk keperluan industri. Hal ini yang
memicu terjadinya banjir karena tidak adanya sumber resapan air pada saat
terjadi hujan sehingga air lansung mengalir ke sungai dan meluap.
Keberadaan
hutan di Kalimantan juga terkikis oleh adanya industri perkebunan kelapa sawit
yang semakin meraja hingga membabat hutan – hutan produktif yang banyak
menyimpan cadangan air. Sektor perkebunan kelapa sawit juga menghilangkan
ekosistem alam seperti populasi tidak adanya tumbuhan penunjang hidup bagi
hewan- hewan yang semulanya hidup di hutan.
Masalah
lain juga terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tidak
mebuang sampah ke sungai atau selokan. Karena hal ini dapat membuat
pendangkalan sungai dan penyumbatan pada selokan yang dapat menyebabkan
rentannya bencana banjir akhir-akhir ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Banjir
2.
Apa yang
menyebabkan terjadinya banjir
3.
Bagaimana cara penanggulangan
banjir
C.
TUJUAN
Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa itu banjir dan hal – hal yang
menyebabkan terjadinya banjir beserta cara mencegah terjadinya banjir dan juga
cara menanggulangi bila bencana banjir terjadi.
BAB II
PEEMBAHAN
1.
Pengertian banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air
yang berlebihan merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu
badan air seperti sungai
atau danau
yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas
saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan
rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski
kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan
badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari
nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang
lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah
bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat
banjir periodik
2. Faktor-Faktor
Penyebab Terjadinya Banjir
Sebelum membicarakan system pengendalian banjir yang efektif dan tepat guna, perlu dipahami terlebih dahulu sumber penyebab terjadinya banjir. Secara umum permasalahan banjir terjadi akibat berlebihnya limpasan permukaan dan tidak tertambpungnya limpasan tersebut dalam badan sungai sehinga air meluap.
banjir di
Desa Setawar, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat
Terdapat dua faktor utama penyebab banjir yaitu factor
alam (natural) dan factor manusia (man made). Faktor alam seperti tingginya
curah hujan, topografi wilayah, pasang surut air laut, badai, dan lain-lain.
Faktor alamiah ini sulit untuk dikendalikan, kalaupun bisa memerlukan biaya
yang cukup besar.
Faktor kedua adalah manusia, utamanya bersumber pada
unsur pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk akan diikuti dengan
peningkatan kebutuhan infrastruktur, seperti pemukiman, sarana air bersih,
pendidikan, serta layanan masyarakat lainnya. Selain itu pertumbuhan penduduk
akan diikuti pula oleh peningkatan penyediaan lahan untuk usaha seperti
pertanian, perkebuanan maupun industri. Peningkatan kebutuhan lahan usaha
maupun penyediaan lahan untuk infrastruktur tentu akan mempengaruhi tataguna
lahan, dan berdampak menurunnya potensi serapan air ke dalam tanah. Selain itu
dengan lebih terbukanya lahan maka semakin mudah lapisan tanah tergerus air
hujan maka sedimentasi akan terjadi di sungai, dan akibatnya kapasitas alir
sungai akan menurun. Pertumbuhan penduduk tentu akan meningkatkan produksi
sampah, apabila manajemen persampahan tidak baik maka sampah akan menimbulkan
masalah antara lain penyumbatan di saluran drainase dan sungai tersebut.
Berdasarkan uraian di atas permasalahan banjir yang
ada di Kalimantan dapat diperkirakan
sumber-sumber penyebab banjirnya, sebagai berikut :
1) Penyebab Alamiah
Banjir secara alamiah dapat terjadi karena pengaruh
dari iklim, pengaruh phisiografi, sedimentasi di sungai, kapasitas alur,
drainase ataran bamjir yang tidak memadahi serta pengaruh pasang surut. Berikut
ini akan dijelaskan secara rinci penyebab banjir secara alamiah di Kota
Samarinda.
a)
Iklim tropis,
iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim
hujan dari bulan
Oktober sampai dengan Maret dan musim kemarau dari bulan April sampai
September. Hujan lebat di musim hujan menyebabkan masalah-masalah yang cukup
berarti diIndonesia. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya kepadatan penduduk
di daerah genangan banjir. Kalimantan merupakan wilayah yang dilewati
garis ekuator sehingga kondisi musim yang terjadi tidak berbeda dengan daerah
lain di Indonesia. Tingginya curah hujan ini akan sangat mempengaruhi kondisi
banjir di Kalimantan , apabila fasilitas drainase maupun fasilitas pengendali
banjir yang lain belum mendukung.
b)
Pengaruh
Phisiografi, pada umumnya perkembangan wilayah di Pulau
Kalimantan
berada di tepian sungai, dimana daerah ini relative datar. Kondisi morfologi
setiap sungai di Pulau Kalimantan pada umumnya mempunyai kemiringan dasar
sungai cukup landai, sungai-sungainya lebih panjang dan daerah pengalirannya
lebih luas.
c)
Sedimentasi, di
sungai pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta sungai,
mengurangi kemiringan memanjang sungai, mengurangi kapasitas angkut sungai, dan
memperbesar resiko banjir. Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat
disebabkan oleh erosi. Erosi yang berlebihan terjadi karena tidak adanya
vegetasi penutup dan adanya pengolahan tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi
di sungai-sungai, dimana hasil erosi diensapkan pada bagian hilir sungai.
Sedimentasi di sungai ini menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai dan
meningkatkan resiko banjir, kapasitas resapan daerah pengliran sungai untuk
menahan air dengan infiltrasi tergantung pada kondisi fisik daerah pengliran
sungai, khususnya tanaman penutup aliran permukaan. Mencermati secara fisik
aliran air yang ada di sungai kapuas terlihat pada saat musim penghujan atau
sesaat setelah terjadi hujan warna air yang mengalir di sungai terlihat coklat
ke hitam-hitaman. Kondisi ini mengindikasikan bahwa terdapat konsentrasi
sedimen yang cukup tinggi. Selain sedimentasi di sungai indikasi tingginya
tingkat erosi di DAS dapat dilihat di saluran-saluran drainase yang masuk
sungai alam. Banyak saluran drainase yang menyempit bahkan ada yang sudah tidak
dapat berfungsi karena sedimentasi di saluran drainase.
d)
Drasinase,
drasinase daerah dataran banjir yang tidak memadai Modifikasi daerah dataran
banjir secara teratur dapat merintangi aliran sungai dan pada akhirnya akan
mempertinggi elevasi banjir. Apabila suatudaerah mempunyai drainase dataran
banjir yang kurang memadai, maka daerah tersebut akan menjadi daerah banjir di
saat musim hujan. Daerah layanan drainase Kota Samarinda saat ini sudah cukup
luas, namun yang menjadi permasalahan adalah kapasitas dari saluran drainase
yang semakin mengalami penurunan. Dari pengamatan di lapangan merupakan
penyebab utama berkurangnya kapasitas alir saluran. Meskipun kepadatan saluran
drainase yang ada di Kota Samarinda secara umum telah mencukupi namun dari
hasil pengamatan lapangan didapati kapasitas saluran yang tidak memadahi.
Sebagai contoh adalah saluran drainase di jl. Ahmad Yani 1 bila terjadi hujan
yang derasdengan rentang waktu yang lama maka akan terjadi banjir.
e)
Pengaruh air
pasang, Pasang air laut juga mempunyai efek yang berarti pada masalah banjir,
khususnya jika puncak banjir bersamaan dengan air pasang tinggi.
2) Penyebab Karena Tindakan Manusia.
Masalah banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia,
yaitu :
a)
Perubahan daerah
pengaliran sungai. Perubahan daerah pengaliran sungai
seperti
penggundulan hutan, pembukaan lahan untuk penyediaan lahan usaha (pertanian,
perkebunan, pertambangan) dan penyediaan lahan untuk pemukiman dapat
memperburuk masalah banjir yang ditandai dengan meningkatnya aliran debit
banjir. Perubahan dari hutan manjadi lahan pertanian dapat menimbulkan
sedimentasi dan hilangnya daya redap lahan akibat tidak adanya vegetasi penutup
lahan. Pembukaan lahan pertambangan batubara di beberapa lokasi perbukitan juga
menyebabkan hilangnya vegetasi penutup lahan, selain terjadi limpasan sesaat
yang cukup tinggi bila hujan turun juga sedimentasi akibat pembukaan lahan
(land clearing), sehingga akan menambah beban sedimen baik itu di sungai maupun
saluran drainase.
b)
Pembabatan Hutan
dan perubahan Fungsi lahan
Industri kelapa
sawit yang semakin marak di Kalimantan membuka hutan secara besar – besaran.
Akhirnya hutan diubah fungsikan menjadi lahan kelapa sawit. Perkebuan kelapa
sawit berdampak besar bagi lingkungan dan kelansungan ekosistem di dalamnya,
hal ini dikarenakan lahan hanya ditumbuhi tumbuhan yang homogen yaitu saju
jenis tumbuahan saja. Hal lain yang terjadi akibat ekosistem yang tidak
seimbang yaitu terjadinya banjir , hal ini dikarenakan pada saat hujan hutan di
hulu sungai yang dulunya di tumbuhi pohon beraneka jenis , namun sekarang sudah
ditumbuhi kelapa sawit membuat tidak adanya sumber resapan air sehingga air
lansung mengalir ke sungai dan meluap yang menyebabkan terjadinya banjir.
Lahan kelapa sawit PT. Agro
Andalan di Desa Setawar, kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau,Kalbar
c)
Pengembangan
daerah dataran banjir dan tataguna lahan. Reklamasi daerah
genangan maupun
daerah rawa akan mengurangi daerah retensi banjir. Penyediaan lahan untuk
permukiman, industri, perkantran yang tidak terkontrol akan meningkatkan nilai
koefisien pengaliran dan juga menurunkan daya tampung air di lahan tersebut.
d)
Kawasan Kumuh.
Perumahan kumuh sepanjang alur sungai dapat menjadi
penghambat aliran. Rumah-rumah
panggung di tepian sungai akan menghambat aliran air di sungai selain
mempersempit alur sungai.
d) Sampah Pembuangan. sampah, kotoran, dan reruntuhan
yang dihasilkan dari penimbunan sembarangan dari material ke dalam alur-alur
drainase akan mengurangi kapasitas alir saluran. Banyak saluran di wilayah kota
Pontianak yang berkurang kapasitasnya akibat sedimentasi material sampah, dan
untuk penanganan sampah yang masuk saluran drainase diperlukan biaya besar.
Selain itu juga perlu diwaspadai lokasi-lokasi yang potensial memproduksi
sampah seperti daerah pasar yang lokasinya dekat dengan sungai, lokasi ini
potensial sebagai sumber bencana daerah hilir karena sampah yang lolos ke
sungai akan menyumbat saluran daerah hilir. Untuk sungai skala kecil atau
saluran di lokasi pasar diperlukan bangunan penyaring sampah (trashrack)
sehingga sampah tidak membebani lokasi hilir pasar.
e) Bangunan di sungai. Jembatan dan bangunan pada
sungai yang tidak mengikuti rencana pengelolaan sungai akan menghambat aliran.
Pilar atau pondasi bangunan tersebut akan mempersempit alur yang ada sehingga
terjadi pembendungan di lokasi tersebut. Disamping itu pengetatan ijin bangunan
di daerah pinggir sungai dan tidak mengijinkan dan menertibkan bangunan di
sepanjang bantaran sungai. Banyak masalah bangunan di bantaran sungai, utamanya
di kota-kota yang dilintasi oleh sungai. Restlement penduduk bantaran sungai ini harus
menjamin bahwa di tempat yang baru penduduk dapat tempat yang lebih layak baik
dari segi hunian maupun dalam mencukupi kehidupannya. Fasilitas di lokasi baru
harus tersedia dalam kapasitas cukup dan layak sehingga tidak ada istilah
pemindahan daerah kumuh yaitu menghilangkan satu daerah kumuh menciptakan
daerah kumuh baru.
3. Upaya Pencegahan Terjadinya Banjir
Adapun upaya pencegahan banjir diantaranya :
a.
Membuat Saluran Air yang Baik
Dibutuhkan adanya sistem irigasi sampai
pembuangan akhir yang jelas. Jangan sampai akhir saluran air yang ada berujung
pada sebuah sungai mati atau tidak mengalir, sehingga airnya akan meluber.
Saluran air yang baik bisa saja berupa kali besar yang bebas dari tumpukan
sampah berfungsi menerima limpahan genangan air dari areal perumahan yang over
load karena hujan, saluran air ini nantinya akan bermuara ke sungai besar di
sekitar daerah tersebut.
Saluran air yang baik juga bisa berupa
Terowongan Saluran Air di Bawah Tanah, yang menjamin semua air hujan akan
disalurkan menuju laut. Sistem yang seperti ini telah lama diterapkan oleh Negara
berkembang seperti Jepang.
b.
Buanglah Sampah pada Tempatnya
Dibutuhkan kedisiplinan warga untuk
membuang sampah di tempat sampah dan berakhir di tempat pembuangan akhir
sampah. Pengelolahan sampah di tempat pembuangan akhir sampah juga sangat
diperlukan, karena apabila sampah dibuang secara sembarangan dan terkena hujan
deras, maka sampah tersebut akan mengikuti aliran air sampai sungai. Ini juga
akan menjadi penyebab banjir.
Pengelolahan sampat yang tepat bisa membantu
mencegah banjir. Tentu saja harus ada pemilahan dan pengelolahan yang tepat.
Misalnya, dibedakan antara sampah organik dan sampak anorganik. Sampah organik
seperti potongan sayuran, sisa makanan yang dapat dijadikan sebagai pupuk
kompos. Sampah anorganik yang dapat didaur ulang seperti sampah plastik,
kaleng, dan kertas.
c.
Rajin Membersihkan Saluran Air
Perbaikan dan pembersihan saluran air tentu
harus ada. Di wilayah tertentu bisa diadakan secara gotong royong. Penjagaan
ini harus dilakukan secara terus menerus dengan waktu berkala. Bukan hanya
sampah yang terbuang di saluran air, namun juga sampah dari saluran air seperti
tumbuhan-tumbuhan air yang telah mati, jika berkumpul juga akan menghambat
saluran air. Tanaman-tanaman di sekitar sungai pun perlu ditanam sebanyak
mungkin yang fungsinya untuk memperkuat bantaran sungai sehingga mencegah
terjadinya longsor di bantaran ke sungai.
d.
Mendirikan Bangunan/Konstruksi Pencegah Banjir
Bendungan, yang memiliki bentuk seperti
kolam air raksasa. Fungsinya untuk tempat menampung air dengan ukuran yang
sangat besar. Selain itu, bendungan dapat difungsikan untuk pengairan, tempat
pemancingan, atau tempat untuk pembangkit tenaga listrik.
Tanggul, yang merupakan bangunan yang
berbentuk tembok yang memagari pinggiran sungai. Bangunan ini dibuat untuk
mencegah air meluap ke daerah-daerah yang berada di sekitar sungai. Kanal air,
yang merupakan sungai buatan untuk mengalirkan air sungai sehingga air sampai
ke laut.
e.
Menanam Pohon atau Tanaman di Area Sekitar Rumah
Masalah nyata di kota-kota besar adalah
sedikitnya jumlah permukaan tanah yang memiliki penyerapan air yang baik, untuk
itu diperlukan sesuatu yang dapat menyerap air dengan baik. Salah satunya
adalah dengan menanam pohon berbatang besar atau tanaman yang memiliki daya
serap air tinggi, seperti tanaman pacar air, pohon mangga, pohon duku, pohon
kenanga, dll di areal sekitar rumah anda. Tanaman dapat menyerap air melalui
akar, yang selanjutnya akan diangkut menuju batang dan daun oleh jaringan
xilem. Apabila masing-masing rumah di kampung anda memiliki minimal satu pohon,
maka dapat dipastikan kampung anda dapat terhindar dari banjir.
f.
Melestarikan Hutan
Kegiatan pembalakan di mana perjalanan di
daerah pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai.
Keadaan yang sama juga terjadi bila aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di
lereng-lereng bukit. Karena itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik
untuk mengatasi masalah banjir, karena hutan dapat dijadikan kawasan tadahan
yang mampu menyerap air hujan dari mengalir terus ke bumi. Dengan melakukan
reboisasi
Hutan dapat berfungsi sebagai bunga
karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan mengalir dengan perlahan-lahan ke
anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai filter dalam menentukan kebersihan
dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada harga 20%. Kemudian air
hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir dalam sejatan kondensasi. Hanya dengan
ini saja pengurangan air hujan dapat dilakukan.
g.
Membuat Lubang Biopori
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna
dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya
resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas
rumah kaca (CO2 dan metan), memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar
tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan malaria.
Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup
membuat lubang di tanah dengan menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm
dengan panjang kira-kira sebesar 100 cm. Semakin banyak lubang biopori di
halaman rumah, kita semakin aman dari bahaya banjir.
h.
Membuat Sumur Serapan
Sumur resapan adalah sarana untuk
penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur serapan berfungsi
untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dan kembali ke siklus air
yang semestinya sehingga tidak menggenang di permukaan dan menyebabkan banjir.
Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di
bawah permukaan air tanah.
i.
Proyek Pendalaman Sungai
Kebanyakan kejadian banjir berlaku karena
kecetekan sungai. Jika sebelumnya sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang
banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurang. Ini disebabkan
proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
Langkah untuk menangani masalah ini adalah
dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan
kekotoran yang terdapat di sungai. Bila proses ini dilakukan, sungai bukan saja
menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.
j.
Penggunaan Paving Stone untuk Jalan
Pembangunan jalan setapak dengan sistem
paving block dapat membuat jalan lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan
penggunaan aspal, sehingga apabila hujan turun air banjir dapat terserap ke
dalam tanah dengan cepat.
Di Negara berkembang seperti Amerika
serikat telah diluncurkan jalan yang menggunakan photocatalytic cement, sebuah
cara paving permukaan terbaru. Jalan inmengandung partikel nano dari titanium
dioksida.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Banjir merupakan
peristiwa meluapnya air dari aliran sungai
2.
Bencana
banjir terjadi akibat peristiwa alam dan
rusaknya ekosistem penunjang.
3.
Kecerobohan manusia
merupakan salah satu penyumbang terjadinya banjir.
4.
Peralihan hutan
menjadi lahan Kelapa sawit membuat tidak seimbangnya ekosistem yang ada di alam
dan dapat memicu terjadinya banjir.
5.
Bencana banjir
dapat ditanggulangi dengan melakukan : membuat saluran air yang baik, membuang sampah pada
tempatnya, rajin membersihkan saluran air, mendirikan bangunan/konstruksi
pencegah banjir, menanam pohon atau tanaman di area sekitar rumah, melestarikan
hutan, membuat lubang biopori, membuat sumur serapan, proyek pendalaman sungai,
penggunaan paving stone untuk jalan.
B.
Saran
Unuk mencegah terjadinya
banjir, maka seharusnya kita dapat mengelola lingkngan yang bijak. Yaitu dengan
tidak membuang sampah pada sungai dan tidak merusak hutan. Sehingga dapat
membuat ekosistem menjadi stabil.
Kurangnya kesadaran dan
pengetahuan akan hal-hal yang dapat menyebabkan banjir sehingga pelu adanya sosialisasi kepada
masyarakat mengenai bahaya banjir dan cara penaggulangan bencana banjir.
Mari kita sama sama menjaga
lingkungan demi menjaga keseimbangan alam yang semakin hari semakin menburuk.
Oleh sebabnya perlu kesadaran kita akan pentingnya menjaga alam dan
keseimbangan ekosistem.
DAFTAR
PUSTAKA
http://blog.act.id/7-upaya-bijak-untuk-penanggulangan-banjir